Bogorpolitan, Jasinga
Beredar unggahan terkait dugaan adanya pungutan liar (pungli) Rp 15 ribu hingga 20 ribu berkedok pemasangan striker plat nomor yang menyasar ribuan rumah di Desa Sipak dan Kalong Sawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Dari foto yang diunggah akun Instagram @Jasinga_Cigudeg tampak sebuah striker berlambang burung garuda dan logo tegar beriman tersebut menjadi sebuah keluhan warga terkait dugaan pungutan yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab.
Dalam unggahan nya, menuliskan sebuah kalimat “Dapat nomor rumah hanya striker kaleng seng alasan nya buat beli plat seng aja di pinta warga Rp 15
ribu / 20 ribu,”tulis unggahan tersebut.
Kepala Desa Kalong Sawah, Nurhasanah membenarkan adanya dugaan pungutan yang terjadi menimpa warganya tersebut. Ia membantah hal itu bukanlah bagian dari program desa nya, melainkan dibawa oleh seseorang sebagai pihak ketiga.
“Dari pak Pajarudin, dia bilang sama saya udah ijin sama ibu lurah katanya suruh langsung ke RT RW aja karna itu reguler yang bayar masing-masing . Tadinya suruhnya Rp 17 000 tapi para RW sanggup 15000, memang itu bukan program pemerintah sih tapi para RW tetep mau pasang nomor itu katanya untuk penomeran rumah,”kata Nurhasanah saat dihubungi pada Kamis (10/4/2025).
Nurhasanah mengaku sebelum terjadinya pemasangan tersebut ia sempat menolak hal itu dilakukan jika memberatkan warganya.
“Kesepakatan para semua RW, bahkan saya bilang kalau memberatkan warga jangan, tidak dipasang juga tidak apa-apa tapi para RW tetap sepakat untuk pasang aja katanya,”ujar dia.
Ia membeberkan, secara keseluruhan di Desa nya telah dilakukan pemasangan striker nomor oleh pihak ketiga yang dipungut nominal Rp 15 ribu rupiah.
“Di Desa Kalong Sawah saja sekitar 2.500 rumah dilakukan pemasangan dan yang pasang Desa saya dan Desa Sipak,”bebernya.
Sementara terpisah, menurut Sekertaris Desa Sipak, Aos menyebutkan pemasangan striker nomor di desanya itu ditarif Rp. 20 ribu rupiah.
Aos menjelaskan, alasan pungutan yang dilakukan RT RW tersebut lantaran pemasangan nomor plat itu dilakukan secara swadaya dan tidak di anggarkan oleh pemerintah Desa.
“Karena tidak dianggarkan, di kami sekitar 20ribu dengan total 2.700 rumah,”pungkasnya. (Ads)