Memperingati PKN, Kemendikbudristek
Sosialisasi Pelindungan Warisan Budaya
2 min read

BogorPolitan – Leuwiliang,
Laporan Raka Bayu Kamajaya ||
Peringatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) melalui Direktorat jenderal (dirjen) kebudayaan bidang pelindungan kebudayaan di Kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (Kemedikbudristek) menggelar kegiatan Sosialisasi Pelindungan Warisan Budaya selama 2 hari, yang berakhir Jum’at 16 Juni 2023 di Panorama Pabangbon.
Pelajar SMKN Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menjadi target sosialisasi dengan tema sadar merawat bumi melalui daftar rencana permainan (Repertoar) tari tanam menanam pohon.
“Kegiatan ini kami laksanakan sejak hari kamis yang lalu, di SMKN 1 Leuwiliang,” terang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU) Dirjen Kemenristek Dirjen Kebudayaan Rosmiati kepada BogorPolitan.com.
Dia mengatakan, tujuannya sosialisasi untuk memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat, melalui pelajar di lingkungan sekolah tingkat lanjut.
“Sosialisasi ini kami adakan dengan dua kegiatan, yaitu cara membuat bebegig dan cara bermain angklung, yang diikuti oleh siswa siswi dari SMK negeri 1 dan SMK Negeri 4 Leuwiliang. Tujuannya itu untuk tetap memperkenalkan, warisan budaya terutama objek pemajuan kebudayaan, yang ada di masyarakat,” katanya.
Menurutnya, kegiatan sosialisasi akan terus dilakukan secara bertahap, agar semua masyarakat benar-benar faham, terlebih pasca pandemik Covid – 19.
“Belum semua masyarakat mengetahui, apa saja kebudayaan yang ada disekitar mereka dan bagaimana cara mereka melindunginya. Targetnta belum untuk langsung nasional, tapi bertahap untuk budaya yang ada di daerah-daerah yang selama ini, pasca pandemi kurang mendapatkan panggung, apresiasinya dan sebagainya.
Untuk sasaran sosialisasi ini sebenarnya kita lebih ke kalangan muda, supaya warisan budaya ini tetap bertahan kita harus memperkenalkan sejak dini, saat ini memang adalah anak-anak mungkin yang lebih cepat untuk memahaminya anak SMP dan SMA.
Dengan bantuan dari mereka sebagai fasilitator, tentunya ini diadakan untuk masyarakat umum juga akan tercapai, dengan kita menanamkan sejak ini ke anak-anak muda, terutama kepada ke anak sekolah tentang pentingnya kita menjaga warisan budaya, diharapkan akan terjaga konsisten dan kontinuitas atau berkelanjutan tidak berhenti pada satu generasi saja,” urai Rosmiati.
Tujuan lain yang ingin di capai Rosmiati dalam sosialisasi tersebut, adalah untuk meluruskan sebuah stigma yang terjadi di masyarakat ‘Budaya hanya dimiliki oleh kaum tua’.
“Ada stigma bahwa pelaku budaya itu kebanyakan orang-orang tua dan itulah yang harus kita ubah, justru anak-anak muda sekaranglah yang harus sebagai penuntut kemajuan kebudayaan, kita masukkan ke kurikulum pendidikan dan tetap berada disana,” ujarnya.
Rosmiati lebih mempertegas pentingnya kebudayaan, berada didalam kurikulum pendidikan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan.
“Seharusnya kebudayaan itu selalu ada dikurikulum, karena kebudayaan adalah dasar pendidikan, tanpa kebudayaan apalah artinya, orang yang berpendidikan tanpa berbudaya apalah artinya.
Jadi budaya itu adalah sebagai landasan kita, dalam melaksanakan dengan pendidikan yang kita miliki tanpa budaya kita nol, jadi kebudayaan dan pendidikan itu ada selaras tidak bisa dipisahkan,” pungkasnya.